Untuk
ke sekian kalinya aku berhadapan dengan lembaran kosong yang sudah tentu ada di
dalam laptop merah kecil kesukaanmu itu. Mungkin untuk kesekian kalinya aku menaruh
harap kepada sebuah kalimat di dalam lembaran kosong ini, agar kamu mau sedikit
menoleh untuk melihat jari ku pun ternyata bersungguh-sungguh kepadamu.
Untuk ke sekian kalinya aku mengingat bagaimana kita bisa
di pertemukan dalam hangat sinar matahari sebuah kawasan yang berada di ibu
kota. Mungkin antara saya dengan anda, atau mungkin antara keadilan dan ketidak
adilan. Harap lebih dari seorang ibu kota kepada anak gadis jelitanya yang kini
sudah berhasil melihat dunia. Dia adalah ketidak mungkinan yang aku impikan.
Untuk ke sekian kalinya, kita di pisahkan atau mungkin
ini cuma rekayasa wanita biasa agar pasangannya mampu berpacu dalam kerasnya ibu
kota, sehingga kelak wanita itu akan bangga mempunyai laki-laki seperti itu?
Untuk ke sekian kalinya, laki laki seperti itu memang
pantas untuk kamu yang ingin selalu di perlakukan selayaknya tuan putri. Berbeda
dengan aku terlalu banyak susah membuat kita akhirnya memutuskan untuk
berpisah. Laki laki itu yang bisa membuat kamu tersenyum dengan bunga sekaligus
tiket konser yang memang sesuai dengan ekspektasi kamu. Setidaknya aku pernah
melihat mu tertawa bahagia, cukup menggunakan mawar dan marijuana di dalamnya. Untuk kesekian
kalinya…